Sabtu, 13 November 2010

ae wos born


Suasana sore hari yang tidak seperti biasanya, konon katanya kalau nggak hari Rabu ya, kamis..ba’da ashar,Isi perutnya kian lama kian tak bersabar, menyakitkan dan membuat panik. Kendati ibu sudah bersabar menahan rasa sakit ,namun si bandel ini ingin segera menghirup udara bebas. Sudah bosan ia di dalam plasenta. “Ijinkan aku keluar ibu!!”, sontak dalam hati.

Seperti yang sudah-sudah..Bumi disambut dengan tidak ramahnya, sebuah tangisan, “Oek..oek..oekk..” , Alhamdulillah laki-laki “lagi”. Dan kini sang ibu harus menerima dengan besar hati anak keduanya itu “lagi”. Hmmm… sungguh nasib,50% persentase kelahiran sang ibu ini membuatku dapat terlahir ke dunia. Semenjak ibu berhenti bekerja dari usaha catering waktu itu, kakakku dan aku berhasil terlahir dengan selamat..tidak seperti kedua kakakku yang lain. Mantan calon kakakku.

Menurut keyakinan ibu, yang akan terlahir bukanlah si calon jejaka ini, akan tetapi seorang gadis yang kan setia membantu pekerjaan rumah. Yang manis dan anggun parasnya,,bukan main-main, sudah dipersiapkan nama-nama wanita yang bagus untuk si bayi. Aku lupa nama-namanya, tapi yang penting,,Aha..maaf ,Bu, yang dituliskan oleh-Nya bukanlah demikian. Here I am..a boy. Inilah nama dadakan buatan kedua orang tua ku. Ridwan..Widoyoko..
Esensi surga di dalam nama ibu diwariskan untukku,, nama yang berat, meski sedikit pasaran tapi, dengan tersenyum hatiku harus dan selalu berkata..”aku,harus menjaga ibuku”. Nah,next nama belakangku yang super duper njawani ini bukan main-main beratnya. Kalo orang Batak punya Sitompul, Batubara, Panggabean, orang China punya marganya masing-masing, chou, chang, cing, coey, lau, apalah itu..tapi, kami, keluargaku, kita punya sendiri, adalah “Widoyoko’s Family” namanya, hahahaha..terdengar krik dan cukup menggelikan. But it’s fine..I proud of it. Meski sebenarnya cerita si Ridwan maupun si Widoyoko tak semulus yang dikira.

Sejak kapan aku dipanggil “Iwan” aku pun tidak tau tepatnya. Pokoknya semenjak aku bisa mengingat sebuah kejadian dengan gamblang, nama panggilanku sudah itu. “Iwan”. Entah kenapa. Jadi panggilan khas non-formal lebih tepatnya. Di TK sampai kuliah sekarang dimanapun aku berada, selama mereka adalah teman dari lingkungan formalku, they must call me “Ridwan” ,haha.. .meski branding d**ok mulai sedikit lebih tenar, hmm.menyebalkan sih. OK, saatnya menceritakan si Widoyoko, kita mulai dengan sebuah pertanyaan cupu untuk Anda ; susah nggak to baca “w I d o y o k o ?” ,silakan dieja berulang-ulang, sambil merem kalo perlu..Gimana?? gampang to yo cah? Tapi anehnya sampai sekarang masih sering terjadi kesalahan pemanggilan terhadap nama belakangku ini. Widiyoko, widyoko, wijanarko, aish..parah pokoke..

Anyway..(halah) Nama adalah do’a, tidak asal setiap orang tua membuatkan nama untuk buah hatinya. Aku, kamu, kita anak para orang tua, sudahkah mengerti siapa namamu? Who are U ,bro/sis?? Untuk Nur, bersinarlah selalu..Give me sunshine lah. Hafiz, ayo tambah terus hafalanmu..sudah sampai juz berapa, Akhi? Arif, bijaksanalah dalam bertindak..dalam kasus apapun, terutama hidup. (wise mode on) Hidayat, tersenyumlah kawan..you’re lucky number one..jadilah seorang yang pantas tuk selalu mendapat hidayah dari-Nya. Muhammad, (worship) ingat seperti apa akhlaq Rasulmu..Agung, sudahkah kamu sebesar namamu? Dan untuk Khoirunnisa maupun Hasanatunnisa rasakan dan resapi dengan bibir simpul tersenyum, hati terbuka lebar tuk berbenah..sungguh berat namamu, sungguh mulia namamu.
Untukmu aku sampaikan, “Aku tak sabar menunggu perubahan.”

Minggu, 07 November 2010

ITB, institute Teknologi Bandung...sekilas saja.


Pertama kali di sini, ngrasain Salman dan ITB serta angkot 24jam. Nice city.
Sesaat di Bandung,,kata orang sebagai Paris Van Java..Paris nya Jawa,,kota termodis. Hmm, yap..ITB memang begitu. Aku, dan temen2 ngrasain langsung,,begitu berbedanya kami. Kostumnya tu lo..beda bangett. Ini kampus tapi malah kayak mall..bener2 rapi&stylish. Haha, seakan-akan kami terlalu kumuh di sinii,,
Aku, gue, anak mesin UGM..yang jelas2 super duper kumuh dengan santainya pake jeans item butut yang warnanya udah pudar jadi terkesan kayak udah berbulan2 gak dicuci, pake asal kaos dibalut jaket lusuh baju korsa mesin. Klop bgt sama muka ku yang sering banget gak mandi sore..haha,,piss buat anak2 yang senasib sama aku. Kita berkelana di sini, bermula dari Kiara Condong..surganya kereta ekonomi. Berniat mengadu perntungan, menjajal robot yang udah lama kami buat, untuk galelobot yang terkesan antiklimaks bagi kami, tepatnya - bagi saya - hmpf....
Bahasa sunda kental melekat di setiap kata,saha? Kumaha’? naon? Ya inilah Bandung,Yang cowok bajunya keren2, bersih dan modelnya macem2. Yang pake hem ya warnanya dapat dipastikan gak norak,trus yang kaosan kalo dilihat2 itu bukan made in awul2..haha,,Yang pasti rambutnya gak seperti saya dan beberapa teman. Ada modelnya lah, atau paling nggak pada gak sering garuk2 kepala gara2 jarang keramas.
Nah yang cewek, gak jauh2 dari yang cowok pastinya. Dapat ditemukan dengan mudah muka2 model atau tampang2 artis, bahkan bisa dengan mudah dicari style gaya ter update di bumi ini di ITB.
Satu lagi yang bikin aku kagum sama ni kampus. Suasana kampus yang “kampus” banget..semua aktivitas kampus terpusat di satu tempat yaitu kampus, gak terhalang motor yang lalu lalang, orang wira-wiri jadi sesama anak ITB bisa saling bercengkrama meski beda jurusan.. aku pengin kayak gitu, serius.
Eh, satu lagi dink..kampusnya ademmmm banget gan.. pohonnya banyak, gede2 pula. Trus anginnya sejuk, gak kering.Kulitnya dimanja deh pokoknya di bandung,,putih,bersih.
Lebay mungkin.. tapi ya itu sepengamatan saya sih
Ups, saya lupa mau cerita tentang Salman. Ini nih masjid yang kata temen di ITB bikin hati adem. Dan bener, bener2 adem..hatinya adem , matanya pun adem dimanja. Hahaha..