Senin, 13 Juli 2015

Sekolah lagi

Setahun lebih saya nggak nulis..

Coba hari ini mulai lagi untuk nulis, karena dengan ditulis maka nantinya bisa saya baca lagi, bisa flashback, bisa ketawa-ketawa, bisa belajar. Kalo nggak ditulis nanti bisa lupa, atau bahkan nggak inget apa yang harus diinget, karena biasanya apa yang ditulis itu cuman ingatan sekilas.

Kali ini mau cerita tentang ibuk, ibuk kandung saya yang masih setia di Kasongan masakin brongkos tiap saya mudik :9 , karena semenjak saya dipertemukan kembali setelah sekian lama dengan yang namanya brongkos waktu itu, di kantin tempat KP (baca : bengkel sepur balaiyasa), saya berikrar harus makan masakan ini lagi, yang lebih enak lengkap dan powerfull bareng dengan tholo, kulit mlinjo, tahu plempung, dsb. Yaitu buatan ibuk (next target : bojo saya juga kudu bisa bikin :D).

Kembali ke ibuk, jadi begini, ibuk saya sekolah lagi..

Juni 2015, sepertinya berkah ramadhan, ada tawaran menggiurkan dari RT sebelah, dicari ibu-ibu berprestasi (lebay) terkait adanya paket study tour (lebay lagi) selama 50 hari, lengkap dengan fasilitas-fasilitas fisik maupun nonfisik yang tak kalah menarik (lebay juga). Kabarnya ada sekitar 40an ibuk-ibuk datang dari segala penjuru RT yang berhasil join dan memenuhi kuota dari penyelenggara karena sudah lolos seleksi administrasi awal dan akhir (baca : copy ktp, KK dan pas foto). Karena hanya putri daerah lah yang boleh gabung, sungguh mulia persyaratannya.

Alhamdulillah ibuk saya baru saja pindah kependudukan (ganti KTP dari Kota ke Bantul) jadi ibuk saya bisa gabung juga, yeah. Cuma ada sedikit masalah, pas foto nya nggak ada, adanya klise (baca : negatif???), jadi kudu dicetak dulu, dipanggang pada dinding petromax (baca : afdruk??), istilah jaman lama sekali ya, sangat konotatif dan ambigu, pffft..jadi berasa tua. Singkat cerita semua syarat beres, wis ditumpuk, hari berikutnya wis kudu masuk. Masuk sekolah. Untung saja nggak perlu seragam semacam anak SD, karena pasti wagu.

Sehari dua hari berlalu..penat, sungguh penat kata ibuk. Pusing, sungguh pusing keluh ibuk. Masa iya, ibuk saya yang sudah juaaaarraanngg sekali main itung-itungan, trus kali ini selama 5 jam seharinya kudu bergelut dengan angka-angka? 3 : ¼, 6* ½ ,dst. Saya bahkan sampe lupa kapan terakhir kali ibuk pegang kalkulator. Masya Allah.

5 jam di sekolah itu cuma klise kata saya (tidak sama dengan makna klise di paragraf sebelumnya). Yang benar saja, ibuk-ibuk ini ternyata masih diberikan PR alias pekerjaan rumah. Apakah cikgu (baca : pengajar) di sekolah ndak tau apa ya, tanpa mereka kasih PR ibuk-ibuk ini sudah menciptakan PR mereka sendiri-sendiri, PR yang sudah ada semenjak titel ibu menempel pada diri mereka. Saya dan mas saya sok ngguya-ngguyu dewe di rumah, karena terkadang mendengarkan gumaman tanda kepenatan sang ibuk yang malem-malem masih ngadepin “PR” sekolahnya tadi siang. Luar biasa, Ganbatte Bu ne!!

Tapi syukurlah, Alhamdulillah, beberapa waktu lalu kan saya telpon ibuk, “Pripun buk sekolahe?” , “hehehe..seneng kok, okeh kancane (ngomong sambil terkekeh-kekeh).” Dari percakapan telepon tersebut, saya dapatkan kesimpulan baru dari fenomena "sekolah lagi" ini. Tak hanya penat kok yang ibuk dapatkan, namun ternyata ada poin “senang” juga, yang jelas ibuk saya mendapatkan komunitas tambahan, bukan hanya sebatas komunitas belanja di tukang sayur, komunitas arisan RT, komunitas pengajian di masjid, maupun komunitas momong putu, tapi kali ini juga ada komunitas EDUKATIF!!

Ibu rumah tangga episode beberapa dekade yang lalu belumlah sama dengan Ibu rumah tangga episode millenium akhir-akhir ini. Ibuk saya belum mengenal baik gadget sehingga tentu saja komunitas edukatif nya sangat terbatas, tak paham browsing, belum akrab dengan googling, bahkan socmed pun asing (bagus kan kayak gurindam :P), tak seperti jaman sekarang, maka bersyukurlah kalian wahai kalian ibu rumah tangga kekinian. Oleh karenanya study tour ini saya rasa cukup berarti bagi ibuk saya, banyak aspek yang terengkuh, tambah pintar dan tambah bahagia meski tetep penat pusing selalu ngikut di belakangnya. Mau pintar? Ya belajar.

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.58-11)

Belajar tidak mengenal usia, mari terus belajar kawan, jangan sampe kalah sama ibuk-ibuk study tour yang baru asyik bergelut dengan mesin jahit :D