Rabu, 17 Oktober 2018

Buru-Buru

17th Oktober

Sweet seventeen,

Bukannya ingin mensakralkan arti sebuah tanggal, hanya saja ingin membuat titik pengingat bahwa pada tanggal itu pernah berlangsung suatu momen teramat penting, sebuah ikatan mistaqan ghaliza diantara kami, ialah seorang saya dan istri saya tercinta Ferawati.

Hmm, mari kita mulai bersajak romantis,
Separuh windu telah dilalui, beratus hari terlewati, beribu palung rindu sempat kami alami, berjuta kasih telah saling mengisi, bersatu padu bagimu negri, gemah ripah loh jinawi.

Nggak jadi, susah bikin puisi, coba uthak athik mathuk.
Tanggal lahir istri saya 28, 2 + 8 = 10 = Oktober = Bulan pernikahan. Tanggal pernikahan 17, 1 + 7 = 8 = tanggal lahir saya. Luar biasa kan, seperti sudah direncanakan. Hahahaha.

Kurang menarik ya? Oke skip.
Coba ganti cara lain, mmmm, kayak gini kayaknya menarik, mari kita mulai,


Terimakasih istriku yang selalu,
Mbangunin sholat subuh,
Nyuruh buru-buru mandi buat kerja,
Nyuruh buru-buru sarapan biar gak telat kerja,
Nyuruh buru-buru minum obat kalo terdengar sentrup-sentrup dikit,
Nyuruh buru-buru ambilin sikat gigi dan odol buat anak-anak kalo malem,
Nyuruh buru-buru nyervis AC karena udah nggak dingin,
Nyuruh buru-buru bungkusin paket buku yang laku kejual,
Nyuruh buru-buru cabut colokan magic jar biar irit listrik dan katanya nggak baik juga buat nasinya kalo kelamaan dipanasin,
Nyuruh buru-buru ganti channel tv yang disuka padahal acaranya belum mulai,
Nyuruh buru-buru beli bubble wrap buat bungkus paket buku padahal masih banyak,
Nyuruh buru-buru keluar rumah buat naik motor jalan-jalan sama anak-anak
Nyuruh buru-buru beli bensin padahal garis strip nya masih agak diatas,
Nyuruh buru-buru merem tidur padahal belum ngantuk,
Dan….

Udah lah itu aja, nggak kelar-kelar kalo ditulis semua
Makasih ya istriku atas seluruh bentuk kepedulianmu untuk menunaikan kewajibanmu, merawat suamimu😊

Jangan lelah untuk saling mengingatkan,
Untuk masing-masing dari kita menjadi suami-istri yang baik, ayah-ibu yang baik, anak-menantu yang baik, saudara yang baik, teman yang baik, tetangga yang baik, dan yang paling penting menjadi hamba Allah yang baik.

4 tahun dan akan terus bertambah.
 …

With love


Me.
 
Foto diambil : 15 November 2014 di sebuah kafe di surabaya
(abaikan orang dibelakang, maaf saya nggak bisa edit T-T)

Selasa, 03 April 2018

Silver Lining

Sok banget atuh judulnya, “keminggris”..
Ya sudahlah, mari dibaca dulu aja, barangkali nyambung.


Dari ratusan, ribuan kata, belum afdhol rasanya kalau sampai hari ini belum ada tulisan di blog yang bercerita, berkeluh kesah, bersuka ria, tentang ibunya anak-anak yang juga berkarir merangkap menjadi istri saya, perkenalkan Ferawati Dwiningrum.

Gadis Klaten, yang sudah lahir ke dunia ini dengan sehat wal ‘afiat (alhamdulillah) lebih dari seperempat abad yang lalu, dan pada akhirnya telah memutuskan untuk duduk disamping saya berpadu rindu, berjanji tuk setia selalu.

Sebenarnya tidak melulu tepat juga jika istri saya dibilang sebagai gadis klaten, mungkin lebih tepat dibilang numpang lahir saja :D. Mari kita kilas balik sebentar, jauh bertahun-tahun sebelumnya bapak mertua saya (baca: bapaknya istri saya) memilih untuk melakukan urbanisasi ke Kota Jogja demi kelayakan hidup yang lebih baik, pilihan yang cukup beresiko, tidak seperti saudara-saudaranya yang cenderung memilih untuk menetap atau justru melenggang ke Ibukota. Beliau berkecimpung di dunia administratif kesehatan negara, “melayani” rakyat Jogja, berniat tulus ikhlas untuk membantu sesama, berusaha sebaik mungkin agar masyarakat mendapatkan apa yang menjadi haknya, sungguh mulia kan? Mari ucapkan aamiin bersama-sama agar semua aparatur sipil negara bertindak seperti itu, jangan malah jadinya ngeribetin ya :)

Nah, simpulan cerita barusan adalah sebenarnya istri saya adalah wong jogja. Masa sekolah dihabiskan di kota istimewa ini, setelah tentu saja semenjak 2014 daku boyong dirinya ke Surabaya, sebagai wujud tanggung jawab seiya sekata ikrar terucap sepenuh jiwa. Dan… ya, ia percaya.

Melihat narasi tentang istri saya tadi, jadi semacam ada yang nyambung. Istilah kata, ada silver lining nya. Sebagaimana saya yang sebenarnya pada saat itu berdomisili di Bantul, tapi bapak minta saya untuk tetap sekolah di Kota Jogja. Ya, bisa jadi karena “polah” para bapak ini sehingga saya dan istri saya bertemu.

Ya, bertemu, baru sekedar bertemu. Lalu?



image by : https://orig00.deviantart.net/e918/f/2012/025/5/7/silver_lining_by_jordan_austin-d4nkp92.jpg