Rabu, 22 Juni 2011

Sekali lagi..mereka bukanlah dewa!!!



12 Juni 2011, siang hari yang menentukan di waktu itu, di tempat itu (lagi). P-Next dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) berhasil lolos ke babak semi final Kontes Robot Indonesia (KRI) 2011 tingkat nasional yang diselenggarakan di Grha Sabha UGM, Yogyakarta. Kami memang kalah secara permainan, namun kemampuan robot kami tidak kalah, kami berani bersaing. Aku yakin, pegang kata2ku kawan. Mereka bukanlah dewa. Sekali lagi...mereka bukanlah dewa!!!
...
Semalam, beda dari hari2 biasanya. Beda dari hari2 yang sangat melelahkan di bengkel Paksima. Bertolak-belakang dari rutinitas kami di sayap utara-timur gedung itu. Alhamdulillah waktu itu diberi kesempatan untuk bermalam di UC (university club) UGM, bukan karena semacam holiday di jogja, tapi karena sebuah perhelatan. Memperebutkan tiket gratis ke Bangkok, menikmati indahnya Pattaya, digoda oleh bencong cantik di sana. Dan pastinya bakal bertemu dengan jawara2 robotika dari Asia Pasifik, Cina, Jepang, bahkan Vietnam si pemilik video “fastest Loy Krathong” di youtube akhir2 ini. Patut bagi saya untuk deg-degan bukan main. Konslet jantung saya.

Tepat 2 pekan lalu kita tengah berurai air mata dan sorak sorai bahagia, merasakan sebentar tuk jadi jawara di kampus tetangga. Hampir sapu bersih. Meski baru sebatas regional, namun itu kami rasa cukup membantu mental kami untuk menatap kontes nasional yang dihujani para master robotika dari masing2 region. Sabtu, tepat 1 hari sebelum kami menelan pil pahit kekalahan terhormat. Kontes Robot yang kami tunggu2 sejak 9 bulan yang lalu. Inilah final bagi kami sebelum final impian pada kontes yang sesungguhnya. Segalanya akan berakhir indah atau anti klimaks, sekaranglah penentuannya. “Awakdewe wis nganti koyo ngene, pengorbanane edan2an, nek nganti kalah, wahh loro tenan” ,sapaan lembut koordinator kami. Aku tersenyum semangat, meski menjadi berat saat bertemu realita keesokan harinya.
...
Undian maupun rematch adalah bagian dari perlombaan, satu pool dengan jawara bertahan bukanlah hal biasa bagi kami. Peluang kami tuk jadi juara seakan menjadi berat dan bertambah berat di malam itu, malam minggu, malam sendu bagi Garuda. Ditambah perempat final adalah pengalaman pahit bagi 2 rekan kami. Indra(operator otomatis 2) dan Khoif (mekanik) mantan punggawa KRSI tahun kemarin, disakiti olehnya, Si Perempat Final. Tak disangka, mereka bakal tersakiti lagi (dan lagi).
Satu hal yang menjadi pelajaran bagi kami, bukan dengan memperbanyak komposisi juri UGM, namun dengan mempelajari kekalahan dan memahami kemenangan. Mengapa kalah? Mengapa menang?
Teruntuk civitas akademika Universitas kebanggaanku. Saya sampaikan salam hangat kecup cinta dari 3 robot buatan kita. Bhinneka sang artis regional dan peninju telak robot manual PENS, cita2mu tercapai, Nak. Tunggal yang malu-malu, sampai tidak mau menunjukkan kehebatan scanning Loy Krathongnya di kandang sendiri. Ika...robot paling cerdas yang pernah UGM miliki...

Maaf kami belum bisa bermain indah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar