Benar, ucapan adalah doa.
Mungkin belasan tahun yang lalu, saat kami masih dalam tahap pdkt, sempat tertulis pada lembaran chat sebuah platform sosial media, dengan segala uthak athik mathuk muncul pernyataan "punya anak empat".
Salah satu uthak athik mathuk yang paling saya ingat adalah selisih jumlah huruf pada nama kami berdua, Ridwan Widoyoko = 14 huruf, Ferawati Dwiningrum = 18 huruf, selisih 4. Kemudian ada lagi terkait tanggal lahir kami, saya tanggal 8, istri tanggal 28, 8 : 2 = 4.
Dan ternyata anak kami sekarang beneran 4. Masya Allah.
Jujur saja perjalanan anak ke-4 ini cukup mengagetkan. Meski kami sama-sama mengimani rukun iman ke 6 yaitu Qada dan Qadar, memang benar semuanya ini sudah benar-benar tertulis di lauhul mahfuz, "Hai Ridwan dan Fera anak kalian 4". Tidak bisa mengelak.
...
Bulan mei lalu, Naqa lahir, sebagai anak ke-empat kami, sekaligus anak laki-laki satu-satunya yang kami punya. Dia akan membersamai ketiga kakak perempuannya, si Kembar 10 tahun dan Nala 3 tahun. Salah satu yang menjadi bukti keberkahan Naqa adalah kakaknya Nala dengan mendadak langsung lepas pampers, tanpa ada toilet training khusus. Seolah-olah dia tau budget pampers akan diberikan ke adiknya. Dan segala kepinteran-kepinteran Nala yang cukup pesat ditunjukkannya sesaat adiknya lahir, good girl.
Di satu sisi kembar tumbuh menuju seorang teenagers, perlahan peralihan dari anak-anak menjadi remaja, kelas 5 SD mereka tahun ini.
...
Perjalanan kehamilah kali ini cukup menguras hati, akhir tahun 2024 lalu menjadi saksi. Momen-momen haru, pelik, takut, khawatir, bahkan malu. Angka 4 ini seperti sudah melebihi batas normal jumlah anak. Kami berdua hanya masing-masing 2 bersaudara, teman kerabat di sekeliling kami kebanyakan 3, segelintir saja yang lebih dari itu, dan pasti selalu langsung teringat siapa-siapa saja teman kami yang anaknya "banyak".
Dan ternyata kamilah juga teman-teman itu yang anaknya "banyak". Di awal agak anek menyadarinya, tapi kemudian, ya inilah kami keluarga kecil kami yang semoga membawa berkah untuk semua, tidak hanya untuk keluarga kecil kami saja.
...
Teruntuk istriku, pada akhirnya, dari semua hal indah yang Allah titipkan di hidupku, engkaulah anugerah terbesarnya. Semoga kelak, anak-anak kita tahu betapa hebatnya ibunya — bukan hanya dalam perjuangan mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, tapi juga tentunya dalam mencintai tanpa batas.
Dalam senyummu kutemukan tenang,
Dalam lelahmu, cinta tak pernah hilang.
Langkahmu sunyi, tapi bermakna,
Menjadi ibu, menjadi segalanya.
Untukmu, yang tak pernah meminta apa-apa,
Tapi memberi seluruh jiwa.
...
Yakin cintaku tak pernah berkurang, justru semakin bertumbuh.
"Aku mungkin tak pandai mengucap sayang setiap hari, tapi setiap langkahku, setiap peluh yang jatuh,
adalah doaku yang diam—
agar kamu dan anak-anak kita selalu dalam cukup, selalu dalam bahagia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar