Jika ada yang bertanya, "Bagaimana istrimu di matamu?" Saya mungkin akan butuh waktu lebih lama untuk menjawab, bukan karena tidak tahu, tetapi karena terlalu banyak hal yang bisa diceritakan. Ini beberapa diantaranya,
Istriku adalah seseorang yang bisa memberikan instruksi berulang kali tanpa merasa lelah, terutama kalau itu soal siapa yang harus mandiin nala, trus beliin nala ayam dkriuk sampe disuapin, beliin kembar lele kremes, atau ambilin puding potongin melon belah buah naga biar sama rata, hingga diminta pagi-pagi beliin 10 kue nona manis untuk bekal nala 2 hari, kalo kesiangan sering kehabisan, sore muterin nala beli onde-onde mini, malam masukin nasi sisa ke kulkas trus jangan lupa rendem tempat nasi biar besok gampang nyucinya. Daaan lain sebagainya. Sejak pertama kali instruksi itu meluncur, saya sudah paham, bahwa ini bukan sekadar permintaan—ini bagian dari dirinya, bagian dari kebiasaan kecil yang justru saya rindukan kalau sedang tidak ada.
Dia adalah perempuan dengan seribu ekspresi. Dari wajah berbinar saat makan makanan favoritnya yang sederhana dari oseng gembus, oseng kates, sayur mbayung. Wajah membara saat berulang kali menginstruksikan mandi kepada si kembar namun gerakannya lelet mulai ambil handuk sampai masuk kamar mandi bisa 10 menit, pun saat menginstruksikan sholat isya sikat gigi menjelang tidur yang tak jarang berakhir si kembar berantem di dalam kamar mandi gara-gara rebutan gayung atau ngga mau ambilin odol. Sampai wajah datar tak ada cerita diam seribu bahasa, saat suaminya berbuat tak seperti yang diharapkan. Saat diminta untuk memikirkan bagaimana caranya agar rumah kami dapat bebas dari kelabang, hewan kecil berkaki banyak nggremet-nggremet. Namun yang ada cuma solusi untuk menabur garam. Atau hal-hal lain yang kurang layak untuk ditulis di sini.
Dia bukan tipe yang akan mengungkapkan cintanya dengan kata-kata dramatis atau kejutan besar. Tapi dia selalu ada. Sejak pertama kali kami bertemu di SMA, dia selalu menjadi sosok yang konsisten, yang diam-diam ada, yang meskipun dulu sering saya ceng-cengin, ternyata adalah seseorang yang "bertahan" atau "tertahan" dalam perjalanan ini bersama saya. (kisah ini pernah saya tulis di tulisan sebelumnya berjudul : Tidak Pernah Hilang)
Istriku juga bukan orang yang akan menyusun pidato panjang tentang bagaimana ia mencintai saya, tapi ia menunjukkan itu dengan cara yang lebih nyata: dengan mengingat detail kecil, dengan cara ia tak henti-hentinya mengingatkan apa yang terbaik untuk saya, dengan bagaimana ia memastikan semuanya berjalan dengan baik utamanya terkait urusan anak dari urusan printilan sekolah hingga jadi guru di malam hari karena esoknya mereka tes sumatif harian. Kalau mendengarkan mereka belajar dengan ibunya sangat beda dengan pola saya, tapi entah kenapa it works. Saat saya yang ngajarin nilai mereka malah jelek. Ya sudah, coba besok nala atau adiknya kayak gimana ya, kalau nala rambutnya udah kayak saya mungkin pola belajarnya sama juga. Kembali lagi intinya, dia ini pengingat, ingat semuanya.
Dan mungkin yang paling khas, dia adalah orang yang bisa berbicara ribuan kata dalam sehari, sementara saya cukup dengan beberapa gumaman dan anggukan. Termasuk secara daring, tak pernah absen dalam share info-info penting baik via DM IG atau via WA, konten-konten yang ia temui di Tiktok dan semacamnya, contoh: share cara bikin es buah, aku pengen dibuatin. share teknik pijat saat pusing. share tempat-tempat vacation yang entah kapan akan terealisasi. sampai share berita-berita heboh viral yang menyangkut tempat kerja sang suami. Kadang saya tak merespon, kadang jempol, atau respon dengan satu kalimat/ rangkaian kata yang merupakan kata terkahir dari statemennya. Contoh: share tempat vacation via tiktok yang suka ngga nyantumin alamat tempatnya di video nya atau nyantumin tapi di akhir video, trus instingku berkata cari di google, share maps nya. done. singkat responsif dan manfaat. Tapi justru itulah yang membuat kami pas—dia berbicara, saya mendengarkan. Saya tidak selalu memahami setiap kata, tapi saya selalu menikmati kehadirannya.
Istriku di mataku? Dia adalah keseharian yang tidak pernah membosankan, ketidaksempurnaan yang membuat hidup lebih berwarna, dan ketulusan yang tidak perlu diragukan. Dia adalah perempuan dengan cinta yang besar-besaran, meskipun mesranya kecil-kecilan.
Istriku, kita masih akan lama bersama. Jangan pernah bosan, aku yakin kamu ngga bosan. Aku nggak papa kamu sering tiba-tiba tanya ditengah diam suatu waktu atau saat ngobrol sesuatu apa gitu, "Ayah sayang aku ngga sih?" ,atau di tengah-tengah dinas luar kota pas WA aktif tapi belum bales chat karena lagi bales chat-chat kerjaan "Ayah kangen aku ngga sih?"
Cintaku ini sederhana bukan berarti tanpa makna. Justru dalam kesederhanaannya, cinta itu terasa lebih nyata—bukan sekadar kata-kata manis atau janji muluk, tetapi hadir dalam bentuk perhatian kecil, rutinitas sehari-hari, dan kebersamaan yang terus diperjuangkan. Cinta bukan tentang kemewahan, tapi tentang perjuangan untuk tetap ada, tetap bertahan, dan terus memilih satu sama lain setiap harinya.
Aku sayang kamu. Mari menyambut jagoan kita Ridwan junior.